Peminat Bisnis Waralaba Bergeser ke Daerah, SURABAYA – Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia mulai bergeser ke daerah. Perkotaan dinilai mulai jenuh dengan banyaknya waralaba dari berbagai macam usaha. namun, penetrasi waralaba ke daerah masih terkendala minimnya peminat investasi waralaba. Didit Setiadi, koordinator PR Alfamart mengatakan, penetrasi waralaba sangat bergantung pada peminat investasi. Di daerah, peminat investasi masih minim. Padahal, prospek pasarnya dinilai cukup menjanjikan karena persaingannya tidak ketat.
“Kami berusaha mendekatkan Alfamart hingga ke pelanggan di kota kecamatan,’’ katanya kemarin. Untuk memudahkan penetrasi tersebut, Alfamart juga menawarkan kerjasama dengan bentuk investasi lahan. Syaratnya, mitra bisnis punya lahan minimal 100 meter persegi di luar gudang dan parkir. “Jika lolos survei kelayakan usaha, seluruh suplai barang kami yang tanggung,’’ paparnya. Dibanding dengan model kepemilikan usaha dengan nilai investasi sekitar Rp300 juta-Rp400 juta per gerai, tawaran tersebut dinilai cukup propektif untuk peminat minimarket waralaba di daerah.
Selain itu, Alfamart juga menawarkan brand baru minimarket waralaba Smesco, yang skalanya lebih kecil untuk membidik investor di daerah. Stok dan manajemen pengelolaannya masih di bawah manajemen Alfamart. “Investasinya tidak sebesar Alfamart,’’ katanya.
Untuk mendukung pertambahan gerai tersebut, imbuh Didit, Alfamart juga akan menambah gudang. Di Jatim, selain di Surabaya Alfamart juga memiliki gudang di Jember yang baru dioperasikan pertengahan tahun lalu. “Penambahan gudang adalah salah satu usaha kami agar supplay barang lancar hingga ke daerah,’’ ungkapnya.
Selain minimarket waralaba, apotek waralaba juga mulai diminati masyarakat. Peredaran obat palsu yang semakin luas, membuat kebutuhan kualitas obat dari apotek semakin dibutuhkan. PT K-24 Indonesia, misalnya, optimistis dapat memperluas pasar di daerah dengan menggunakan jaringan waralaba. ’’Dengan sistem waralaba, penetrasi kami akan lebih mudah,’’ ujar Gideon Hartono, direktur utama PT K-24 Indonesia.
Waralaba yang berpusat di Jogjakarta tersebut saat ini memiliki lima cabang di Surabaya. Ke depan, dia berharap cakupan pembukaan gerai baru dapat merambah kota di sekitar Surabaya seperti Gresik dan Sidoarjo.
“Apotek waralaba juga harus mempertimbangkan ketersedian SDM yang kompoten, itu sebabnya kami masih membidik kota-kota di sekitar ibukota propinsi,’’ jelasnya. (uji)
Source : apotek-k24.com
Waralaba Berpeluang Dikembangkan di Yogya
Yogyakarta, Kompas - Franchise atau bisnis waralaba dinilai masih berpeluang dikembangkan di Yogyakarta. Pebisnis waralaba disarankan memerhatikan beberapa faktor penting, semisal memilih waralaba yang sesuai potensi pasar. "Saya rasa waralaba masih prospektif dikembangkan di Yogyakarta, seperti di wilayah kecamatan-kecamatan yang belum banyak tergarap," kata Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Mudrajad Kuncoro, Senin (30/7) di Yogyakarta.
Sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12 Tahun 2006, waralaba (franchise) adalah perikatan antara pemberi waralaba (franchisor) dengan penerima waralaba (franchisee).
Franchisee diberi hak untuk menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan/atau menggunakan hak kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki franchisor dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh franchisor, dengan sejumlah kewajiban menyediakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan oleh franchisor kepada franchisee.
Mudrajad menuturkan, melalui waralaba ini, pengusaha tidak harus mengawali dari nol karena sudah adanya merek dagang, termasuk adanya standardisasi produk dan metode pengolahan produk dari pemberi waralaba.
Sumber pendapatan
Direktur Utama Apotek K-24 Gideon Hartono merinci, sumber pendapatan franchisor antara lain berasal dari franchise fee, biaya royalti, biaya advertising, biaya pelatihan, dan lain- lain. "Sedangkan sumber pendapatan franchisor dari operasional penjualan atau usaha," ujar Gideon di sela pelatihan waralaba bagi wirausaha di Yogyakarta.
Apotek K-24 yang dimulai tahun 2002 di Yogyakarta ini sekarang sudah mengoperasikan 34 gerai. Sebanyak 27 gerai di antaranya dimiliki dan dioperasikan oleh franchisee. "Sampai akhir tahun ini ditargetkan jumlah gerai Apotek K-24 mencapai sekitar 60 gerai," kata Gideon.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi DIY Syahbenol Hasibuan mengatakan perlu dijajaki kemungkinan agar pengusaha kecil yang ingin menjadi franchisee tetapi tidak memiliki modal dapat meminjam pada bank dengan jaminan dari franchisor.
"Waralaba dapat menjadi usaha yang menyejahterakan masyarakat karena adanya jaminan standar produk," kata Syahbenol. (CAS)
Source : apotek-k24.com
Usaha franchise
Tas foto diri banyak dicari
Tip bisnis pernak pernik
Toko online bermodal rp 105 ribu
Masa sekolah melatih anjing
Usaha permainan anak
Membangun pusat kecantikan
Franchise nasi uduk gondangdia
Info harga motorjakarta
KPR BCA, KKB BCA, BCA instant
0 comments:
Post a Comment