Cara Memperbesar Peluang, memperkecil resiko.
Menggenjot peluang, Meminimalkan Resiko : Bisnis dengan pola waralaba diyakini sebagai akses tercepat untuk memanfaatkan resiko kegagalan. Dalam khasanah bisnis, lima tahun belakangan ini, ”franchise” atau yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai waralaba mungkin merupakan kata yang paling banyak disebut. Franchise di Indonesia seakan menemukan jaman keemasannya dalam lima tahun terakhir ini bahkan sudah memasuki tahap eforia.
Mengapa usaha dengan sistem waralaba mendapatkan momentumnya? Untuk saat ini bisnis dengan skema waralaba mungkin merupakan pilihan yang paling tepat bagi seseorang untuk segera memulai bisnis.
Nama besar, pengalaman dan sistem, merupakan beberapa poin yang menjadikan bisnis dengan skema waralaba bisa langsung running ketimbang seseorang mendirikan usaha sendiri.
Dengan duplikasi nama besar, pengalaman dan sistem ini diharapkan bisnis terwaralaba (franchise) bisa langsung melaju tanpa harus meraba-raba terlebih dahulu. Pada sisi lainnya, secara objektif, perusahaan yang didirikan sendiri jauh lebih beresiko ketimbang perusahaan yang dibangun atas pondasi waralaba.
Dari statistik Departemen Perindustrian Amerika, terungkap 90 persen perusahaan yang didirikan dengan menganut pola franchise masih eksis setelah 10 tahun beroperasi. Sebaliknya, bisnis mandiri yang mampu eksis setelah 10 tahun beroperasi hanya 18 persen. Itu artinya, 82 persen bisnis mandiri mengalami kegagalan.
Lantaran berbagai keunggulan inilah usaha dengan pola waralaba mengalami pertumbuhan begitu pesat. Sehingga jumlahnya sulit dihitung, karena hampir tiap hari muncul perusahaan yang diwaralabakan. Sisi positifnya, masyarakat semakin banyak pilihan. Tetapi pada sisi lainnya, masyarakat mengalami kebingungan dengan begitu banyaknya pilihan. Apalagi ditengarai banyak pihak yang memanfaatkan eforia ini. Artinya, sejatinya bisnis yang bersangkutan belum layak untuk diwaralabakan namun “dipaksakan” untuk difranchisekan.
Melalui serangkaian riset, pada tahun 2007 ini kami mendapatkan informasi tentang bisnis-bisnis yang layak anda pertimbangkan sebagai tempat investasi. Bisnis-bisnis tersebut kami sajikan dalam tabel di dalam tulisan wacanatama, sebagian kami sajikan dalam profil yakni Auto Bridal, Kebab Baba Rafi, TX Travel, Apotek Jaringan K-24, TX Travel dan Alfamart.
Auto Bridal didirikan oleh Henry Indraguna di bawah payung bisnis PT Zetlin Ovis International. Sejatinya bisnis yang didirikan oleh Henry ini bukan merupakan sesuatu yang baru. Sebelum Henry terjun menggeluti bisnis ini, bisnis cuci mobil sudah menjamur. Tetapi berbeda dengan para pelaku bisnis sejenis, Henry memiliki kemampuan mengemas bisnis ini secara apik, sehingga bisnis yang semula masuk kategori low level ini meningkat derajatnya menjadi bisnis high level.
Berbagai terobosan inovasi dilakukan, baik dari sisi produk, peralatan maupun sistemnya. Pertumbuhan Auto Bridal melesat pesat. Upaya-upaya untuk mendongkrak brand image Auto Bridal terus ia lakukan. Sejumlah penghargaan dari berbagai lembaga ia kantongi. Maka tak heran, kalau dalam kurun waktu tiga tahun setelah diwaralabakan, jumlah gerai Auto Bridal sedah tembus angka 54, tersebar di seluruh Indonesia. Bukan hanya di kota-kota besar, Auto Bridal bahkan sudah eksis di kota-kota kabupaten, semisal Tuban. Pertumbuhan gerai Auto Bridal benar-benar ekspansif.
Pertumbuhan jumlah gerai yang pesat juga dialami Kebab Baba Rafi. Saat ini Baba Rafi memiliki 140 outlet yang tersebar di 25 kota di seluruh Indonesia. Padahal Kebab Baba Rafi semula hanya bermodalkan sebuah gerobak. Pada awal mendirikan usaha tersebut tahun 2003 di Surabaya, Hendy Setiyono, mungkin tidak pernah berpikir pertumbuhan gerainya akan secepat ini. Namun, dengan pengalamannnya mengembangkan jaringan dan outlet, justru Hendy saat ini berani target yang lebih tinggi “menyerbu” Jakarta dengan 80 outlet khusus hanya untuk tahun 2007 saja. Dan sepertinya target Hendy akan terpenuhi. Pasalnya semester pertama tahun ini saja Hendy sudah bisa merealisasikan 25 gerai.
Kunci pertumbuhannya yang pesat, ungkap Hendy, karena dirinya mempertahankan kualitas, baik menjaga standar mutu, kebersihan, maupun value produk. Untuk mewujudkan itu semua, secara khusus Hendy membentuk Divisi Quality Control dan maintenance.
TX Travel juga tercatat sebagai salah satu waralaba yang memiliki pertumbuhan gerai tercepat. Dengan pengalamannya selama 40 tahun menekuni bisnis bidang pariwisata dan kepionirannya dalam waralaba travel Indonesia, TX Travel mampu meninggalkan kompetitornya, terutama dari sisi pertumbuhan gerai. Kini Tx Travel memiliki 75 gerai di 19 kota di 12 provinsi. Padahal usia bisnis waralaba TX Travel sendiri baru sekitar dua tahun.
Kunci keunggulan TX Travel, menurut Anthonius Thedy-Managing Director TX Travel Pusat, karena pihaknya memiliki layanan yang tidak dipunyai kompetitornya. TX Travel memiliki layanan antar ke 19 kota. Dengan sistem ini konsumen akan terlayani secara efisien dan memuaskan. “Seorang konsumen yang tinggal di Jakarta bisa membelikan tiket untuk keluarganya yang di Makasar atau sebaliknya, sehingga konsumen tidak perlu merepotkan diri,” kata Anthonius memberi contoh tentang layanan tersebut.
Sukses dari perusahaan yang mengusung tag line “Hadir Untuk Melayani” ini, tak terlepas dari kuatnya brand image. “Dengan brand image yang kuat memudahkan kami membangun jaringan dan distribusi,” sebut Anthonius.
Dari sisi pertumbuhan gerai, mungkin Apotek Jaringan K-24 bisa disebut yang paling fenomenal. Memang dari sisi jumlah gerai apotek Jaringan K-24 per Februari 2007 lalu “baru” 24. Namun perlu dicatat, Apotek Jaringan K-24 pernah membuka tujuh gerai secara bersamaan di tiga kota. Lantaran prestasi tersebut, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) menganugerahi penghargaan. Konon dalam waktu dekat ini, Apotek K-24 akan membuka secara bersamaan 16 gerai di beberapa kota di Indonesia.
Menurut pendiri Apotek Jaringan K-24, Gideon Hartono, kunci keberhasilan terletak pada track record atau reputasi. Banyak para franchisee Apotek Jarinngan K-24 yang bergabung karena rekomendasi yang berasal di antara mereka sendiri. Tanpa sebuah reputasi yang terpercaya sulit berharap para franchisee bertindak sebagai marketer.
Dengan adanya rekomendasi dari para franchisee, calon mitra akan jauh lebih percaya untuk bergabung ketimbang mereka mendapatkan informasi dari prinsipelnya sendiri. Efek word of mouth (efek buah bibir) akan jauh lebih efektif kalau rekomendasi itu berasal dari franchisee yang lebih dulu tergabung.
Selain empat profil di atas, Alfamart juga membukukan pertumbuhan gerai yang sangat pesat. Tren masyarakat yang suka berbelanja di tempat yang bersih dan nyaman ketimbang di “pasar becek” ikut mendongkrak pertumbuhan outlet Alfamart. Hanya selang dua tahun setelah diwawancara pada tahun 2002, gerai Alfamart sudah tercatat 800 gerai (per September 2004).
Pertumbuhan gerai memang bukan satu-satunya tolok ukur tentang kinerja sebuah perusahaan waralaba. Namun tolok ukur ini sangat kasat mata sehingga siapa pun akan gampang menerima kebenarannya termasuk anda.
Source -eli- : apotek-k24.com
K-24, Berprestasi Karena Reputasi
Track record bukan hanya ampuh untuk menjajaki karir di dunia politik, tetapi juga merupakan salah satu kunci sukses dalam mengembangkan bisnis
Salah satu nasehat yang diajarkan sejak dini dalam kultur kebudayaan Jawa adalah “goleko jeneng dhisik sawise kuwi lagi jenang (ukirlah prestasi atau reputasi terlebih dahulu barulah materi akan mengikuti.”
Sepintas nasehat itu hanya bisa hidup di dunia moral, bukan dunia bisnis. Tetapi bagi Gideon Hartono, pendiri Apotek K-24, nasehat yang dituturkan ulang dari generasi ke generasi berikutnya itu benar adanya. “Reputasi pribadi itu penting di dalam mengembangkan bisnis,” tegasnya. “Setidaknya demikian pengalaman pribadi saya dalam mengelola usaha.”
Gideon, menuturkan, salah satu calon franchisee-nya adalah adik teman sakelasnya sewaktu di SMA Collese De Britto, Jogjakarta. Begitu mengetahui, sang kakak langsung memberi dukungan rekomendasi, karena dia tahu persis tentang reputasi Gideon di sekolah dulu. Ternyata yang bergabung bukan hanya adik teman sekelasnya dulu, teman-teman mereka pun juga ikut bergabung. Akhirnya empat orang bergabung dengan kami,”ungkap Gideon.
Pak Gid, demikian para karyawannya menyapa, menerangkan justru track record inilah yang banyak membantunya dalam mengembangkan apotek K-24. banyak franchisee yang justru bertindak sebagai marketer dengan cara memberikan rekomendasi kepada calon franchisee yang ingin bergabung. Istilahnya getok tular atau dalam ilmu marketing disebut word of mouth atau efek buah bibir. “Tetapi selain itu, kami juga menggunakan media untuk menyebarluaskan informasi,” imbuh pria yang menggondol predikat juara ketika sekolah di Collese De Britto ini.
Strategi lainnya adalah tidak menjadikan bisnis sebagai bisnis an sich, tetapi bisnis juga bisa dijadikan ladang kehidupan sosial. “Benar memang bisnis itu mencari untung. Tetapi dalam hidup ada nilai-nilai keutamaan yang dikejar, di antaranya nilai ingin memberikan sesuatu kepada sesama,” tuturnya.
Ternyata nilai-nilai yang dijadikan fondasi perusahaan ini tak bertepuk sebelah tangan. Bahkan salah satu franchisee-nya yang akan dibuka di BSD mengungkapkan kepada Gideon,” saya tidak untung tidak apa-apa asalkan bisnis ini bisa membuat kehidupan karyawan jadi lebih baik.”
Sentuhan-sentuhan nilai inilah, imbuh Gideon, yang justru membuat apotek K-24 cepat berkembang. “Layanilah para franchisee dengan hati yang ikhlas dan tulus,” itulah yang selalu diwanti-wanti Gideon kepada para stafnya.
Dengan strategi ini Apotek Jaringan K-24 tumbuh dengan pesat. Bahkan dalam satu kesempatan K-24 pernah membuka outlet secara bersamaan di tiga kota, sehingga dicatat di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Bahkan dalam waktu dekat ini, belasan outlet akan dibuka secara bersamaan oleh Apotek Jaringan K-24, dan menggenapi 26 outlet yang kini dimiliki apotek yang berkantor pusat di Jogjakarta ini.
Source -eli- : apotek-k24.com
Tuah di Balik Angka 24
Usianya belum genap 5 tahun. Namun Apotek Jaringan K-24 telah membukukan sejumlah prestasi. Ada apa dengan angka 24?
Malam memang telah memayungi kota Jogjakarta. Segala yang terang berubah menjadi remang. Di sudut-sudut tempat yang tak tertembus sinar lampu hanya menyisakan warna gelap pekat. Suasana malam yang sepi ini tak menyurutkan nyali Gideon Hartono. Pasalnya ia harus menemukan apotek untuk menebus obat. Namun ia tak kunjung menemukannya. Setelah berputar-putar beberapa jam, baru ia menemukan sebuah apotek. Ia kaget ketika mengetahui harga obat yang ditebusnya benar-benar “mencekik leher.”
Di balik kesusahan, ada kemudahan. Tak diduga, bahkan oleh Gideon sendiri, kalau kerepotannya di malam itu justru sebagai pemicu pemikirannya untuk mendirikan apotek yang buka 24 jam dan dengan harga yang “adil.” Artinya, harganya sama di sembarang waktu baik di kala pagi, siang, malam, dan dini hari, bahkan pada hari libur. Maka Gideon tidak menunda-nunda waktu. Tanggal 24 Oktober 2002, berdirilah Apotek K-24 di jalan Magelang Jogjakarta, yang menjadi cikal bakal dari Apotek Jaringan K-24 , yang per Februari 2007 lalu gerainya sudah berjumlah 24.
Meski banyak angka 24 bertebaran tetapi tidak ada unsur kleniknya. “K-24 kalau diurai akan memiliki arti: K sebagai “komplit” dan 24 adalah “24 jam”, artinya pelayanan apotek yang komplit obatnya dan 24 jam bukanya dengan konsep harga yang adil,” terang Wenny Tri Suryani, Franchise Manager Apotek K-24.
Tak berlebihan jika Wenny, demikian Lulusan Kimia Universitas Negeri Jogjakarta ini akrab dipanggil, menyebut apotek yang didirikan dokter Gideon ini sebagai apotek yang komplit. Di gerai Apotek K-24 ditemukan setidaknya 5000-6000 item obat, sesuatu yang susah dijalankan di apotek tradisional. Bahkan, item obat berharga mahal dan berkategori slow moving sekalipun. “Apotek konvensional biasanya tidak akan berani menyetok obat yang berharga mahal dan slow moving,” imbuhnya.
Namun, bagi K-24 hal ini tidak menjadi persoalan serius. Seperti diketahui, pembelian item obat kepada distributor (supplier) minimal 1 boks. Bagi apotek konvensional akan cukup berat jika harus membeli obat mahal, padahal obat tersebut berkategori slow moving. Tetapi bagi kami ini tidak menjadi masalah karena 1 box obat tersebut bisa kami distribusikan ke sejumlah Apotek K-24. Itulah salah satu kelebihan apotek jaringan, tutur Wenny. Maka tak aneh jika Apotek Jaringan K-24 mendapat anugerah MURI sebagai apotek jaringan yang buka 24 jam yang pertama kali di Indonesia.
Jaringan dari Apotek K-24
tentu akan terus tumbuh. Apalagi, setelah K-24 menganut pola franchise untuk pengembangannya. Target sampai dengan Juni 2007, gerai apotek akan segera dibuka (opening) berkisar 16 gerai, sehingga jumlah totalnya berkisar 40 gerai. Di luar itu, yang antre sudah banyak, ujarnya. Termasuk di luar Pulau Jawa, seperti Kupang, Batam, dan Jambi.
Untuk bisa bergabung dengan Apotek Jaringan K-24, sebut Wenny, investor perlu menyiapkan dana sekitar Rp 600 juta. Perkiraan angka itu didasarkan perhitungan pendirian gerai di Jogjakarta. Investasi itu sudah memperhitungkan biaya sewa, renovasi (pembangunan fisik), interior/exterior, stock obat awal, inventori, working capital, biaya ijin dan launching gerai termasuk franchise fee.
Biaya franchise fee sebesar Rp 60 juta untuk masa waralaba 6 tahun. Untuk sistem kerjasamanya, ada royalty fee 1,2 persen dari omset kotor per bulan, jadi totalnya 1,5 persen per bulan . “Marketing fee sebesar 0,3 persen itu sebenarnya kita kembalikan lagi kepada Franchisee tapi dalam bentuk promosi bersama yang sifatnya nasional. Artinya, promo ini dilakukan di semua gerai Apotek K-24, seperti lebaran sale, chrismast sale, brosur, spanduk, dan banner. Materi promosi disediakan dari franchise, jadi masing-masing outlet tinggal menjalankan prosesnya saja,” ucap Wenny.
Lantaran konsep-konsep yang diusung Apotek Jaringan K-24 cukup teruji, maka tak heran jika jaringannya berkembang pesat. Bahkan pada satu kesempatan Apotek K-24 pernah membuka 7 outlet secara serentak di tiga kota Jogjakarta, Semarang, dan Surabaya. MURI juga mengabadikan momen ini dan menganugerahi K-24 dengan sertifikat pembukaan gerai terbanyak dalam satu kesempatan. Selain itu K-24 juga mendapatkan penghargaan dari Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) sebagai “EXCELLENT Franchise and Business Concept 2006” dan Majalah SWA sebagai “50 Enterprise”.
Perkembangan maupun prestasi bisnis Apotek Jaringan K-24 memang fenomenal. Tetapi Gideon tidak ingin meninggalkan misi sosialnya. Yang pertama-tama adalah semangat hidup harmoni di tengah kemajemukan Bangsa Indonesia. Ini dipresentasikan dalam logo dan warna K-24. dominasi warna hijau menunjukkan bahwa populasi terbesar masyarakat Indonesia adalah muslim, warna merah menunjukkan umat Kristiani dan warna kuning mempresentasikan WNI keturunan Tionghoa, dan putih dari kelompok-kelompok lain yang belum terdeskripsikan dalam warna hijau, merah, dan kuning. Sehingga Apotek K-24 sekaligus menjadi wahana untuk belajar hidup nyata harmoni dalam kemajemukan.
“Misi sosial ini saya pegang ketat. Kalau ada calon franchise yang tidak sepakat dengan konsep harmoni kami, silahkan untuk membatalkan keinginannya bergabung dengan kami,” tegas Gideon.
Selain meletakkan harmoni sebagai pondasi dasar perusahaan, Gideon, yang juga seorang pegawai negeri sipil ini, berusaha agar usahanya bisa memberikan kemaslahatan bagi banyak orang. “Kalau masyarakat merasa kehadiran kami memberi manfaat bagi mereka tentu mereka akan ikut menjaga keberadaan kami. Itu sebabnya kami tidak mempekerjakan satuan pengamanan khusus meski kami buka 24 jam. Masyarakat sekitarlah yang sebenarnya membantu menjaga kami,” sebut Gideon.
Lantaran jiwa sosialnya itu, maka Apotek K-24 aktif terlibat membantu para korban ketika bencana gempa melanda wilayah Jogjakarta & Jateng, juga korban banjir di DKI. Bukan hanya bantuan bahan makanan, obat-obatan, Gideon yang juga seorang dokter ini langsung terjun sendiri untuk menyumbangkan ilmunya. Bahkan bukan hanya Gideon, para franchiser dan karyawannya ternyata turut terjun membantu korban ketika diajak melalui surat edaran. “ Itu artinya kami dan franchisee memiliki pemahaman yang sama dalam hal keinginan berbuat baik dengan sesama,” imbuh Gideon.
Karena kepeduliannya kepada lingkungan inilah, K-24 didapuk (dipercaya) untuk menjadi bapak asuh bagi sejumlah perusahaan UKM di Jogjakarta yang ingin mengembangkan usaha dengan pola waralaba.
Source -eli- : apotek-k24.com
Tas foto diri banyak dicari
Tip bisnis pernak pernik
Toko online bermodal rp 105 ribu
Masa sekolah melatih anjing
Usaha permainan anak
Membangun pusat kecantikan
Franchise nasi uduk gondangdia
Info harga motorjakarta
KPR BCA, KKB BCA, BCA instant
0 comments:
Post a Comment