Thursday

Usaha Rumah Bambu

Popularitas Rumah Bambu milik Jatnika terus meroket. Bukan hanya di Jakarta, konsumen luar negeri pun sudah meliriknya. Niesky Hafur P

Tanaman bambu bagi sebagian orang dirasa sangat mengganggu. Daunnya yang luruh dan menggunung membuat aliran air di genteng tersumbat. Bahkan kadang membuat genteng tersebut jebol. Namun di tangan Jatnika bambu bisa disulap menjadi sebuah rumah eksotis sehingga puluhan café di Jakarta, dan sejumlah konsumen mancanegara tergoda untuk membeli produk itu.

Secara tradisional bambu hanya dimanfaatkan untuk membuat kerajinan peralatan rumah tangga, semisal bakul nasi, kursi atau tempat tidur. Tentu saja nilai tambahnya tidak begitu besar. Padahal dengan olah kreatifitas bambu bisa dibuat rumah yang kokoh sekaligus eksotis, sebagaimana yang dilakukan Jatnika, pria kelahiran Sukabumi, 52 tahun lalu.

Namun untuk sampai tahapan ini, Jatnika yang kini memiliki 75 pekerja ini melakukan perintisan sembilan tahun lebih. “Awalnya saya pengrajin anyaman dari bambu dari 1976 hingga 1981, lalu meningkat membuat kursi dan tempat tidur dari bambu,”ucapnya mengawali pembicaraan.

Baru pada tahun 1985, Jatnika mulai mengembangkan bisnis yang menurutnya saat itu belum ada yaitu, membuat Rumah Bambu. Kesannya memang kuno, tetapi justru karena kuno itulah pria yang gemar menggunakan pakaian hitam-hitam ini yakin usahanya akan berkembang.

Sejatinya ide membuat dan mengembangkan rumah yang seluruhnya terbuat dari bambu ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu. “Saya hanya meneruskan warisan leluhur saja. Rumah bambu sudah ada sejak zaman dahulu, tapi konstuksinya tidak layak untuk dihuni,”katanya.

Berbekal keahlian turun temurun ini, pria kelahiran 2 Oktober 1956 ini berniat untuk melestarikan kembali salah satu kebudayaan yang menjadi ciri khas Tatar Sunda ini. Tak hanya itu, pria yang sangat “katam” seluk-beluk tanaman bambu ini juga mencoba membuat terobosan yang belum ada.”Rumah bambu yang saya rancang ini sudah mengalami banyak modifikasi di antaranya adalah masuknya unsur-unsur bangunan modern sehingga layak untuk dihuni,” lanjutnya.

Kendati demikian, Jatnika tetap mempertahankan sisi kekhasan dari rumah bambu yang telah ada tersebut. “Rumah bambu yang saya rancang, tidak sepenuhnya saya modifikasi modern. Saya masih melestarikan ciri khas yang ada, dengan mempertahankan gaya asli arsitektur dari Jawa Barat. Salah satunya adalah teknik mengikat,” tandasnya.
Perlahan tapi pasti, rumah bambu buatannya mulai banyak dilirik orang, baik perorangan ataupun perusahaan. Mulai dari pejabat sampai pengusaha hotel dan pengusaha restoran.

Tidak sedikit pula tempat hangout di Jakarta, yang memilih jasa Jatnika untuk membuat café berarsitektur bambu.
Beberapa bukti karya Jatnika adalah 47 buah kafe yang terdapat di sebuah pusat jajanan di Pulo Mas, Jakarta Timur, Pondok Indah dan Kuningan, Jakarta Selatan yang dibuatnya pada tahun 1997.
Bukan hanya di Indonesia, pria yang mengaku mempelajari secara otodidak seluk beluk bambu tersebut, juga pernah membuat bangunan berarsitektur bambu di luar negeri.
“Tahun 1995 saya pernah pameran di Jeddah dengan membuat mushola, juga di Jerman, Abudhabi, dan Kanada. Mereka sangat tertarik,” ujarnya.

Model rumah bambu yang ditawarkan Jatnika terbilang bervariasi. Mulai dari arsitektur tradisional sampai yang modern.” Ada 4 model yang sudah saya buat, rumah bambu tradisional cirinya beratap bambu dan dibuat panggung. Rumah bambu standar yang beratap genteng dan lantainya keramik, rumah bambu semi permanen yang tembok bawahnya sudah memakai batu-bata setinggi satu meter, dan rumah bambu koleksi,”tuturnya.

Dari keempat model tersebut, menurut pria yang pernah kuliah di Akademi Pimpinan Perusahaan Indonesia (APPI) harganyapun berbeda. Untuk model berasitektur tradisional yang berciri khas panggung Jatnika memberikan harga Rp 900 ribu/M2, model standar Rp1, juta/M2, semi permanen Rp1,5 juta/M2 dan model termahal adalah yang berarsitektur koleksi yaitu Rp 1,8 juta/M2.

Secara terus terang Jatnika mengaku keuntungan yang diambil tidak terlalu tinggi yakni 15% per meter perseginya. Sementara itu, untuk pengerjaan di bawah 30 M2, seperti membuat gazebo (tempat peristirahatan), cafe dan musholla dihitung per paket.
Karena seringnya mengikuti berbagai pameran di luar negeri, rumah bambu Jatnika banyak dilirik pengusaha mancanegara.
Seiring berkembangnya usaha yang bernaung di bawah Yayasan Bambu Indonesia tersebut, dalam waktu dekat ini Jatnika akan membuat rumah bambu di negeri Jiran.
“Beberapa bulan lalu ada orang Malaysia yang tertarik dengan rumah bambu ini, ada yang minta dibuatkan rumah perorangan dan ada juga untuk pembuatan cottage,”ucapnya

Sebenarnya, tawaran untuk membuat rumah bambu di Malaysia sudah datang tiga tahun lalu, namun karena masih sibuk mempersiapkan segala sesuatunya, rencana tersebut baru akan diwujdukan tahun ini.
“Sampai saat ini saya masih sibuk mempersiapkan passport para pekerja, dan mencari asosiasi yang tepat antara Malaysia dan Indonesia. Jangan sampai ada kesan nantinya takut ditiru,” kata pria yang sudah sejak kelas 3 SD ini hobi menganyam bambu.

Lahan seluas satu hektar yang terletak di Perumahan Cibinong Endah-Sukahati,Bogor tersebut tak hanya digunakan untuk membuat berbagai macam kerajinan bambu. Ada juga yang sengaja datang hanya untuk belajar membuat kerajinan dari bambu.
“Pernah beberapa mahasiswa dari Universitas Kyoto dan orang Belanda datang kesini hanya untuk belajar membuat rumah bambu,”jelas Jatnika yang hingga saat ini sudah membuat rumah bambu sebanyak 2.617 buah.

Belum cukup puas dengan kreasi yang diciptakannya, Jatnika terus melakukan inovasi membuat hangar bunga(herbarium) dari bambu. Yang sudah selesai dibuat terletak di Universitas Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Keinginan yang belum terwujud? “Saya ingin membangun sebuah masjid berukuran besar yang tiangnya berjumlah 99,” pungkasnya.

Kiat Yayasan Bambu Indonesia Mempopulerkan Rumah Bambu

  • - Memodifikasi rumah bambu dengan unsur-unsur bangunan modern tetapi tetap mempertahankan ciri khasnya
  • - Memberikan pilihan empat model: model tradisional, model standar, model semi permanen dan model koleksi
  • - Banyak melakukan pameran di luar negeri di antaranya ke Jerman, Jeddah, Abu Dhabi dan Kanada
  • - Membuat inovasi lain, yang masih terkait dengan bahan baku bambu di antaranya membuat herbarium
  • - Bersikap terbuka terhadap mahasiswa luar negeri yang ingin belajar tentang seluk-beluk rumah bambu.

Usaha BatikUsaha Kecantikan
Tours and travel terus menggurita
Franchise fee back guarantee
Jual kue untuk yang berduit

Source : majalahpengusaha.com

0 comments: